9.1 Pengertian Supply Chain Management
Supply Chain adalah proses
perpindahan barang, informasi, pembayaran, layanan, dari perusahaan penyedia
barang mentah (supplier) melalui suatu perusahaan, kepada pelanggan. Hal ini
juga termasuk proses pembuatan, dan distribusi barang jadi, informasi dan layanan
kepada pelanggan.
Supply
Chain Management adalah kombinasi ilmu dan seni yang diterapkan dengan tujuan
untuk meningkatkan cara suatu organisasi atau perusahaan menemukan bahan mentah
untuk menghasilkan produk atau layanan dan menyampaikan atau mengirimkan barang
atau layanan tersebut kepada pelanggan. Supply Chain Management termasuk
merencanakan, mengatur, mengkoordinir dan mengawasi semua kegiatan pada supply
chain.
Lima komponen
dasar dari Supply Chain Management adalah :
- Plan
Plan
atau perencanaan merupakan kegiatan strategi untuk mengatur semua sumber
(sources) agar memenuhi permintaan pelanggan atas suatu produk atau layanan.
- Source
Source
(sumber) mencakup supplier (perusahaan penyedia barang) yang menghantarkan
barang atau layanan yang dibutuhkan untuk pembuatan barang jadi.
- Make
Ini
merupakan langkah produksi, dimana perlu dilakukan penjadwalan terhadap
aktivitas-aktivitas yang dibutuhkan untuk produksi, uji coba, packaging, dan persiapan
untuk pengiriman barang.
- Deliver
Bagian
ini juga dikenal dengan logistik. Pada bagian ini perlu dilakukan koordinasi
antara pesanan dari pelanggan, bangun jaringan warehouse , tentukan
pengangkutan yang akan mengirimkan barang atau layanan kepada pelanggan dan
membuat sistem invoice untuk menerima pembayaran.
- Return
Bagian
ini merupakan bagian yang menjadi masalah dalam Supply Chain. Buat suatu
jaringan untuk menerima pengembalian barang atau layanan dan melayani pelanggan
yang memiliki masalah dengan pengiriman barang. Supply Chain sederhana dapat
digambarkan sebagai berikut :
Gambar
Proses pada Supply Chain
Supply
Chain melibatkan tiga bagian atau segment :
- Upstream Supply Chain Segment
Bagian
ini termasuk pengaturan supplier utama dari suatu organisasi dengan supplier
dari perusahaan penyedia barang (supplier) organisasi tersebut.
- Internal Supply Chain Segment
Bagian
ini termasuk proses perubahan input dari supplier menjadi output, yaitu mulai
dari penerimaan bahan mentah dari supplier sampai dengan pensdistribusian
barang jadi keluar organisasi. Aktivitas-aktivitas pada bagian ini temasuk
material handling (penanganan terhadap barang), inventory management (manajemen
inventori), manufacturing (manufaktur) dan quality control (pengawasan
kualitas).
- Downstream Supply Chain Segement
Bagian
ini termasuk proses distribusi barang jadi kepada pelanggan.
9.1.1 Jenis-Jenis Supply Chain
Berikut
ini jenis-jenis Supply Chain yang umum :
Integrated make-to-stock
Supply
Chain model ini menelusuri permintaan pelanggan yang mungkin untuk suatu waktu,
sehingga proses produksi dapat melakukan pengadaan barang inventori secara
efisien. Hal ini adapat diatasi dengan menggunakan Sistem Informasi yang terintegrasi.
Dengan menggunakan sistem Informasi yang terintegrasi tersebut, organisasi
dapat mengetahui informasi tentang permintaan pelanggan pada waktu yang tepat,
sehingga informasi tersebut dapat digunakan untuk mengembangkan dan
memodifikasi perencanaan dan jadwal produksi.
Continuous Replenishment
Pada
Supply Chain model ini, dilakukan pengadaan barang incentori secara berkesinambungan.
Jenis ini sangat sesuai untuk lingkungan yang pola permintaan pelanggannya
stabil.
Build-to-order
Pada
Supply Chain model ini, perakitan tehadap barang jadi dilakukan ketika pelanggan
telah mengajukan permintaan atau pesanan terhadap barang tersebut.
Channel Assembly
Channel
Assembly merupakan modifikasi dari model build-to-order. Untuk Supply Chain
model ini, proses perakitan barang terjadi di saat perpindahan barang tersebut
pada jalur distribusi.
9.1.2 Global Supply Chain
Global
Supply Chain adalah Supply Chain yang melibatkan supplier (perusahaan
penyedia barang)
dan atau pelanggan di negara-negara lain. Keuntungan-keuntungan yang diperoleh
dari Global Supply Chain adalah:
- Barang, layanan serta tenaga kerja yang murah.
- Tersedianya barang-barang yang tidak dapat ditemukan di dalam negeri.
- Produk-produk yang tersedia dia pasar global memiliki kualitas yang lebih tinggi.
- Meningkatkan kompetisi global yang berakibat dapat mengurangi biaya.
9.2 Permasalahan Supply Chain dan Solusinya
9.2.1 Permasalahan Supply Chain
Permasalahan
terhadap supply Chain terdiri atas dua sumber :
- Ketidakpastian
Masalah
ketidakpastian terletak pada peramalan permintaan (demand forecast) dan juga
masalah ketidakpastian waktu pengiriman barang (delivery times). Prediksi atau
peramalan terhadap permintaan barang diengaruhi oleh kompetisi, harga, pengembangan
teknologi tingkat kepercayaan pelanggan dan lain sebagainya. Sementara itu,
waktu pengiriman barang tergantung pada beberapa faktor seperti kegagalan
produksi, lalu lintas pengiriman dan lain-lain.
- Kebutuhan untuk mengkoordinir beberapa aktivitas, unit internal, dan rekan-rekan
bisnis.
Permasalahan
koordinasi terjadi ketika kurangnya koordinasi pada suatu organisasi seperti
rekan bisnis mengalami kesalah pahaman terhadap pesan dari organisasi, atau
terlambatnya penyampaian informasi dan lain sebagainya.
Permasalahan
lain pada Supply Chain adalah Phantom Stockouts, yaitu permasalahan yang
terjadi ketika pelanggan mendapat informasi bahwa produk yang mereka inginkan
tidak tersedia.
9.2.2 Solusi Terhadap Permasalahan Supply
Chain
Manajemen
Inventori dani Supply Chain yang efektif membtuhkan koordinasi terhadap semua
aktivitas dan link-link yang terdapat pada Supply Chain. Dengan adanya
kooordinasi, produk atau layanan mengalir dari supplier melalui perusahaan atau
organisasi ke pelanggan tepat waktu.
Efisiensi dan
efektivitas dari Supply Chain bergantung pada dukungan sistem
informasi atau
peranteknologi informasi paad organisasi tersebut.
Berikut
ini beberapa permasalahan pada Supply Chain dan solusinya :
- Permasalah Supply Chain Solusi Teknologi Informasi
Proses
terlalu lamban karena linear Proses dibuat paralel menggunakan software
workflow. pengiriman dokumen lamban menggunakan dokumen dan system komunikasi
elektronik.
- Kesalahan pengiriman barang sehingga terjadi pengulangan proses Verifikasi secara elektronik, otomatis.
- Kualitas yang rendah Menggunakan sistem pengawasan kualitas elektronik (Electronic Quality Control).
- Proses pembelajaran yang lamban, mempelajari delay setelah terjadi. Tracking Systems, antisipasi delay, trend analysis, pendeteksian dini dengan menggunakan intelligent systems.
Tabel
Permasalahan Supply Chain
9.3 Dukungan Teknologi Informasi terhadap
Supply Chain dan Integrasi Sistem
1.3.1
Dukungan
Teknologi Informasi
Sejak ditemukannya komputer, manusia ingin mejadikan proses pada Supply
Chain menjadi otomatis. Berbagai macam aplikasi sofware diciptakan, seperti system
Manajemen Inventori, Penjadwalan Produksi, dan Billing.
9.3.1.1 Material Requirement Planning (MRP)
MRP
merupakan model penggabungan atau integrasi produksi, pembelian barang
dan manajemen
inventori. Hal ini dapat ditingkatkan dengan menggunakan komputer yang
membutuhkan pembaharuan(update) setiap harinya. Hal ini berbagai aplikasi
perangkat lunak (software) dari model ini.
9.3.1.2 Manufacturing Resource Planning
(MRP II)
MRPII
merupakan pengembangan dari MRP , dimana pada model MRPII ini ditambahkan
aktivitas perencanaan keuangan dan tenaga kerja. Selanjutnya akan berkembang
lagi menjadi Enterprise Resource Planning (ERP) dengan mempetimbangkan berbagai
macam aktivitas di perusahaan atau organisasi tersebut.
9.3.2 Integrasi Sistem
Perusahaan
pada masa sekarang tidak dapat lagi dikelola dengan menggunakan Sistem Fungsional
(Functional System), dimana antara departemen atau area kerja tidak dapat
berhubungan. Integrasi sistem memungkinkan adanya komunikasi antara berbagai
macam area kerja. Untuk itu suatu perusahaan atau organisasi memerlukan sistem
yang terintegrasi. Berikut beberapa keuntungan yang diperoleh dar integrasi
sistem :
Keuntungan yang
dapat diukur : Pengurangan inventori, Pengurangan anggota perusahaan,
Peningkatan produktivitas, Peningkatan manajemen pemesanan barang atau layanan,
Pengurangan biaya teknologi informasi,
Pengurangan
biaya Procurement, Pengingkatan manajemen cash,
Peningkatan
keuntungan,Pengurangan biaya trasportasi dan logistik dan lain
sebagainya.
Keuntungan yang
tidak dapat diukur : Keberadaan informasi (information
visibility),
Peningkatan proses, Peningkatan respon terhadap pelanggan,
standardisasi,
felksibilitas, globalisasi, dan kinerja bisnis.
9.3.3 Integrasi Supply Chain dan Value
Chain
Integrasi
antara Supply Chain dan Value Chain ditujukan untuk mempercepat operasi pada
area biaya produk dan layanan, kualitas, pengiriman, teknologi dan waktu siklus
dari suatu barang atau layanan dengan meningkatkan kompetisi demi memenuhi
perimintaan pelanggan.
Value Chain
menggambarkan aktivitas-aktivitas utama dalam suatu organisasi seperti pembelian
produk atau layanan, transportasi, logistik dan lain sebagainya. Ketika Value
Chain ini diperluas dengan mencakup supplier, pelanggan, maka
disebut dengan
value system atau value chain terintegrasi. Value Chain terintegrasi
adalah suatu
proses dimana beberpaa perusahaan yang berada pada suatu jalurpasar yang sama,
bekeja sama merencanakan, mengimplementasikan dan mengatur
\
9.4 Enterprise Resource Planning (ERP)
ERP
adalah proses manajemen semua resources dan kegunaannya pada organisasi
dengan
terkoordinasi. Tujuan utama dari ERP adalah untuk mengintegrasikan semua departemen,
fungsi pada suatu perusahaan menjadi suatu Sistem Informasi tunggal yang dapat
melayani semua kebutuhan perusahaan atau organisasi tersebut. Dengan
menggunakan ERP memungkinkan akses secara langsung terhadap inventori data
produk, sejarah pelanggan dan informasi pemesanan terbaru. Hal ini dapat meningkatkan
produktivitas, kualitas, ekuntungan dan juga dapat meningkatkan kepuasan
pelanggan. Implementasi ERP dalam suatu software komersial dilakukan oleh
perusahaan-perusahaan seperti SAP, Oracle dan PeopleSoft.
9.4.1 ERP Generasi Kedua
ERP
secara tradisional memiliki kemampuan untuk mengatur aktivitas administrasi seperti
payroll, iventori, dan proses pemesanan (order processing). Laporan yang dihasilkan
oleh ERP menunjukkan statistik perencanaan, mengenai apa yang terjadi
di dalam
organisasi, biaya,dan kinerja keuangan. Pada ERP generasi pertama, laporan yang
dihasilkan menyediakan gambaran bisnis pada suatu waktu tertentu, tapi ERP
generasi pertama tersebut tidak mendukung perencanaan yang berkesinambungan,
serta pengambilan keputusan. Untuk memperoleh hal tesebut pada Supplly Chain,
organisasi atau perusahaan menggunakan Software Supply Chain Management (SCM).
Perangkat
lunak atau Software SCM bertujuan merencanakan sistem terhadap pengambilan
keputusan. Namun demikian solusi SCM perlu dikoordinasikan, dan terkadang
membutuhkan informasi yang disediakan oleh perangkat lunak ERP. Untuk itu perlu
dilakukan integrasi antara ERP dengan SCM. ERP generasi kedua adalah ERP dengan
menambahkan fungsi tidak hanya Sistem Penunjang Keputusan, tetapi juga Customer
Relationship Management, e-commerce, data warehousing dan data mining.
9.5 Manajemen E-Commerce dan Supply Chain
9.5.1 Aktivitas EC pada Supply Chain
E-commerce
bertujuan untuk memfasilitasi pembelian, penjualan dan kolaborasi
pada Supply
Chain. Berikut beberapa jenis aktivitas e-commerce pada Supply Chain:
Upstream Activities
Aktivitas jenis
ini merupakan aktivitas procurement secara elektronik (eprocurement)
Internal SCM activities
Aktivitas
Internal SCM mencakup aktivitas-aktivits intrabusiness EC yang berbeda-beda. Aktivitas
ini dimulai dari pemasukan barang pesanan, produksi, menyimpan data penjualan,
sampai dengan menelusuri pengiriman barang (shipement).
Downstream Activities
Aktivitas
Downstream terkait dengan penjualan yang dilakukan secara online.
Selling on your own; Web Site
Aktivitas jenis
ini banyak digunakan oleh perusahaan-perusahaan besar. Pembeli dapat melihat
katalog elektronik pada web site suatu organisasi tempat pembeli tersebut ingin
membeli barang.
Auction
Pelelangan
dilakukan secara elektronik dengan e-commerce. Lelang secara elektronik dapat
mempersingkat waktu, dan jalur penyediaan barang, serta menghemat pengeluaran
logistik adn administrasi.
Exchanges
Aktivitas jenis
ini mendukung untuk Business-to-Business (B2B) Supply Chain dengan melakukan pertukaran
(exchange) produk atau layanan secara elektronik.
9.5.2 Penyusunan Ulang Supply Chain
E-commerce dapat
menyebabkan terjadinya perubahan struktur pada Supply Chain.
Misalnya dengan
adanya e-commerce maka proses pemesanan barang (order
processing)
menjadi berubah.
9.5.3 Integrasi EC dan ERP
Integrasi
EC dan EP dilakukan dengan memperluas kemampuan ERP agar dapat mendukung
e-commerce. Permasalahan yang timbul dalam hal ini adalah perangkat lunak ERP
sangat kompleks dan tidak fleksibel (susah untuk diubah), sehingga sukar untuk
melakukan integrasi yang lancar, mudah dan efektif. Permasalahan lain yang mungkin
muncul adalah sistem ERP cenderung fokus untuk back office yaitu administrasi,
sedangkan sistem EC cenderung fokus untuk aplikasi front-office seperti
penjualan, pemesanan barang, layanan pelanggan (customer srvice) dan lain sebagainya.
9.6 Order Fulfillment pada E-Commerce
9.6.1 Pengertian Order Fulfillment
Order
Fulfillment merupakan proses penyediaan barang atau layanan yang dipesan kepada
pelanggan pada waktu yang tepat, dan juga menyediakan layanan-layanan untuk
pelanggan (customer service).
9.6.2
Solusi yang
Inovatif Terhadap Permasalahan Order Fulfillment
Perusahaan-perusahaan
telah menemukan solusi yang inovatif untuk oder fulfillmentB2B dan B2C, berikut
contohnya : Same-day, even same-hour delivery.
Pengiriman
barang dilakukan tepat pada hari yang sama dengan hari pemesanan, bahkan pada
jam yang sama dengan jam pemesanan barang atau layanan tersebut. Contoh :
pengiriman Pizza.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar